Wednesday, June 6, 2007

Saya tidur mendengkur...................


Assalamualaikum wr.wb

Dokter, saya memiliki masalah dengan dengkuran saya ketika saya tidur. Saya gadis berusia 23 tahun, dan berat badanku 62 dengan tinggi badan 155. dulu ketika saya masih duduk bangku SMP dan SMA kata Ibu saya, kalau tidur saya tidak mendengkur, tapi setelah saya kuliah tidur saya selalu mendengkur. Kata ibu sih katanya karena berat badan saya, jadinya ketika tidur nafas tertahan, tapi menurut teman-teman saya, dengkuran itu diakibatkan karena saya kecapean. Saya jadi bingung sendiri apa sebenarnya penyebab sengkuran tersebut, saya ingin sekali menghilangkannya. Mungkin doketer bias membantu apa apa yang harus saya perbuat agar dengkuran ini bias perlahan hilang. Ada obatnya atau adakah obat alternatif yang bias menghilangkannya? Saya mohon Dokter membantu saya mencari solusinya. Terima kasih.

Wassalam,
Susi-Tangerang

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh Susi,
Mendengkur merupakan salah satu tanda dari pernapasan yang terhalang atau udara tidak mengalir lancar melalui saluran pernafasan. Ini terjadi ketika jaringan-jaringan di sekitar tenggorokan, seperti lidah, anak tekak dan langit-langit, saling bersinggungan, bergetar dan menghasilkan bunyi, yang kita dengar sebagai bunyi dengkuran. Ketika kita tidur nyenyak, otot-otot tenggorokan, lidah dan langit-langit biasanya berada dalam keadaan relaksasi (rileks) sehingga rongga-rongga menyempit. Pada keadaan yang normal penyempitan rongga tersebut tidak sampai menyebabkan terjadinya persingggungan satu sama lain sehingga tidak menimbulkan dengkuran. Keadaan-keadaan yang menyebabkan bertambah sempitnya rongga ini bisa menimbulkan dengkur. Semakin sempit rongganya semakin keras getaran yang terjadi, akibatnya semakin keras bunyi dengkuran yang ditimbulkan.
Mendengkur sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis, ada dengkuran ringan, timbul hanya sekali-sekali dengan suara halus dan berlangsung terus-menerus yang dijumpai saat awal tidur dan umumnya merupakan tanda kelelahan. Jenis lainnya adalah dengkuran yang sudah menjadi kebiasaan hampir setiap kali tidur, bunyi keras, terputus-putus. Seringkali ada saat henti nafas selama 10 sampai 30 detik yang kemudian diikuti hentakan napas yang dalam dan tiba-tiba terbangun dalam keadaan nafas terengah-engah dan jantung berdebar.
Dalam istilah medis, pola dengkur henti napas ini disebut obstructive sleep apnea syndrome (OSAS). Gejala-gejala khas OSAS di antaranya sering berganti posisi tidur, mimpi tercekik atau mimpi buruk. Penderita OSAS sering terbangun pada malam hari dengan jantung berdebar. Saat bangun pagi, biasanya penderita merasa tidak cukup tidur dan kurang segar. Selain itu, penderita juga bangun pagi dengan rikuh, serba salah, mulut kering, dan sakit kepala.
OSAS
dapat disebabkan oleh beberapa keadaan:

  • Organ dan jaringan disekitar tenggorokan memiliki bentuk yang cenderung menyebabkan tidur mendengkur. Misalnya otot-otot di sekitar lidah dan tenggorokan lemah, sehingga ketika tidur, otot-otot tersebut menjadi terlalu rileks dan menutupi atau mempersempit jalan nafas.
  • Jalan udara di tenggorokan terhambat karena bentuk lidah atau uvula (anak tekak) yang terlalu panjang atau besar, atau karena terjadi pembengkakan tonsil (amandel).
  • Terganggunya jalan udara di rongga hidung, misalnya karena peradangan (nasal rhinitis) yang bisa disebabkan oleh alergi atau infeksi, atau karena kelainan bentuk saluran atau sekat hidung (nasal septum).
  • Kelebihan berat badan dan faktor usia. Pada orang yang gemuk, jaringan-jaringan di sekitar leher dan tenggorokan menjadi berlebihan, membuat rongga tenggorokan cenderung menyempit dan jaringan-jaringan di sekitarnya menjadi lebih mudah bergesekan. Begitu pula, semakin tua otot-otot termasuk otot tenggorokan akan menjadi semakin lemah.
  • Konsumsi alkohol dan obat penenang. Alkohol dan obat penenang menimbulkan efek sedative, yang membuat otot-otot, termasuk otot tenggorokan, lidah, anak tekak dan langit-langit menjadi rileks dan mudah bersinggungan ketika tidur pulas.
  • Gangguan hormonal seperti hipotiroidism (aktivitas kelenjar tiroid rendah) dan acromegaly (produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan).

Gambar: salah satu mekanisme terjadinya dengkur dan OSAS



Nah, untuk kasus Susi, bisa jadi penyebab dengkur adalah kegemukan, kelelahan atau malah keduanya. Kalau dilihat dari berat badan dibandingkan tinggi badan serta riwayat sebelumnya tidak pernah mendengkur, bisa jadi kegemukan menjadi sumber masalah. Dengan demikian kasus Susi tergolong kedalam OSAS.

Yang perlu diketahui bahwa dengkur bukan hanya permasalahan sosial semata Walaupun kelihatannya sederhana, namun OSAS bisa menimbulkan beberapa konsekuensi secara klinis antara lain adalah:

  • Walaupun terhentinya nafas ini berlangsung dalam waktu yang singkat, namun karena terjadi berkali-kali, dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sleep apnea dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi (tekanaan darah tinggi), penyakit jantung dan stroke.
  • Penderita mengantuk siang hari dan mengeluhkan akan rasa kantuknya yang berlebihan, bahkan sampai taraf mengganggu.
  • Gangguan konsentrasi dan kecenderungan menjadi pelupa merupakan akibat rendahnya kualitas dan kuantitas tidur.
  • Perubahan tingkah laku seperti mudah tersinggung, marah, agresif, pencuriga, cemas, dan depresi.
  • Pada keadaan normal, tekanan darah dan frekuensi detak jantung saat tidur lebih rendah daripada saat terjaga. Namun pada penderita OSAS justru terjadi hal yang sebaliknya, sehingga terjadi beban tambahan terhadap kerja jantung. Keadaan ini sering dihubungkan dengan terjadinya serangan jantung saat orang tidur malam hari. Saat penderita OSAS tidur, pasokan oksigen ke jantung menurun (karena adanya gangguan pernapasan), sedangkan kebutuhan otot jantung akan oksigen naik akibat tekanan darah dan frekuensi detak jantung yang meningkat.

Namun Susi tidak usah panik, karena kebiasaan mendengkur dapat dihilangkan dengan menghilangkan penyebabnya. Untuk kasus Susi karena sumber masalahnya adalah kegemukan, maka Susi harus berusaha mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian mengurangi berat badan 10% dapat mengurangi keluhan mendengkur dan melegakan pernafasan. Jadi minimal Susi harus mengurangi berat badan sebanyak 6,2 kg dari berat badan yang sekarang. Selain itu hindari tidur telentang karena tidur telentang menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menyumbat saluran nafas, tidurlah miring kesebelah kanan. Kemudian hindari makan berlemak 4 jam sebelum tidur serta jangan lupa gosok gigi sebelum tidur.

Kalau Susi sudah melakukan hal-hal diatas dengan baik namun keluhan mendengkur tak kunjung hilang maka segera datang ke dokter THT untuk berkonsultasi lebih lanjut.

Begitu susi, mudah-mudahan Susi mendapatkan solusis dari keterangan diatas. Tetap semangat ya! Wallahu a’lam

No comments: